Home » » FANFIC INOSAI

FANFIC INOSAI

Written By Unknown on Monday, April 22, 2013 | 11:22 AM

 Break the promise



Author : twins shinobi
Rated : T
Genre : Romance
Pairing :InoSai
Disclaimer : Naruto © Mashashi kishimoto

follow twitter KFNI : @KFNI1

Selamat Membaca


.
.
"Sasuke- kun, ayo cepat! Nanti kita bisa
terlambat!" Ucap seorang gadis manis
berambut pirang panjang dan bermata
sapphire kepada seorang pria berambut
hitam dan bermata onyx yang diketahui
bernama Sasuke Uchiha.
"Hn, sabar lah, Ino." Ucap Sasuke pada
gadis yang diketahui bernama Ino
Yamanaka, seorang siswi SMA Konoha
yang memiliki janji di masa lalu yang
telah ia ingkari.
"Sasuke-kun cepat— Kyaaa!" Ucap Ino
sambil berteriak ketika melihat kecoa
yang menempel pada tas nya. Sasuke pun
tertawa kecil ketika melihat wajah Ino
yang kaku, menurut nya ekspresi itu
sangat lah lucu. Mereka pun terus
berjalan hingga sampai di bioskop, mereka
membeli tiket film horor yang mereka
sukai.
-Ino Pov-
Aku dan Sasuke- kun pun terus berjalan
hingga sampai di bioskop, kami membeli
tiket film horor yang Sasuke- kun dan aku
sukai, film itu di mulai sekitar jam 5 sore-
7 malam. Karena sekarang masih jam 4
sore, aku dan Sasuke- kun pergi ke
tempat makan untuk makan karena dari
siang kami sama sekali belum makan
siang. Kami pun pergi mencari tempat
makan. Saat sedang makan di sebuah
cafe, aku merasa ada yang memerhatikan
kami berdua. Perasaan ku pun mulai tidak
enak, entah apa yang akan terjadi. Aku
juga merasa bahwa orang itu sudah
mengikuti kami dari di bioskop sampai di
sini. Orang itu menatap aku dan Sasuke-
kun degan tajam, seakan kami berbuat
salah kepada nya. Aku juga bingung
mengapa saat aku menengok ke arah nya,
ia menghilang.
"Ino- chan , ayo pergi. Sekarang sudah
hampir jam 5 sore." Kata Sasuke- kun
pada ku, aku pun mengangguk. Kami pun
pergi ke bioskop lagi untuk menonton
film horor yang telah kami pilih.
-Normal POV-
Bioskop Konoha.
Ino dan Sasuke masuk ke dalam bioskop
dan mencari tempat duduk yang menurut
mereka enak untuk di duduki, Sasuke pun
memilih tempat duduk di belakang yang
sepi, Ino hanya menurut lalu duduk di
samping Sasuke.
Saat film tersebut sudah mendekati akhir
cerita, ada seorang pria dengan baju
Hitam serta celana panjang hitam, orang
tersebut juga memakai topi hitam
sehingga wajah nya tak terlihat. Yang
terlihat hanya rambut hitam pekat nya
dan kulit pucat nya. Orang tersebut duduk
di samping Ino. Tiba-tiba Ino pun teringat
oleh masa lalu nya bersama mantan
kekasih nya yang sudah tiada.
"Aku selalu mengawasi mu, Ino- chan..."
Gumam pria tersebut tapi masih bisa di
dengar oleh Ino yang duduk di samping
pria tersebut.
"Suara itu?! " Pikir Ino teringat dengan
suara mantan kekasih nya, Sai. Tak lama
pria tersebut hilang, Ino pun kaget dan
langsung memeluk lengan Sasuke.
"Ada apa, Ino- chan ?" Tanya Sasuke
sambil menengok ke arah Ino.
"Sa-Sasuke- kun , apa tadi ka-kau melihat
seorang... pria di.. samping ku?" Tanya
Ino dengan nada yang gemetar, Sasuke
pun bingung dengan kekasih nya.
"Tidak, memangnya kenapa, Ino- chan ?"
Tanya Sasuke lagi.
"Tadi aku melihat seorang pria yang tak
dikenal, tapi dia mengetahui nama ku..."
Jawab Ino.
"Hah? Cuma imajinasi mu, kali... Kau kan
suka ber imajinasi." Ujar Sasuke sambil
tertawa pelan.
Ino hanya terdiam, tapi ia yakin, tadi ia
tidak ber imajinasi!
Setelah film itu selesai, Sasuke pun
mengantar Ino pulang ke rumah nya. Saat
di perjalanan pulang, Sasuke dan Ino
bertemu Yukari, ibu Ino.
"Kaa- chan ? Sedang apa malam-malam
begini keluar?" Tanya Ino.
"Ah, selamat malam, Yukari- san !" Sapa
Sasuke dengan sopan.
"Hm? Kaa-chan ingin beli obat dulu ke
apotik, ah, iya, Selamat malam, Sasuke-
kun ." Ucap Yukari sambil tersenyum
lembut.
"Oh, begitu. Tou- san berarti sendirian
donk di rumah?" Tanya Ino pada Yukari.
"Iya, maka nya. Temani Tou- san mu
ya..." Jawab Yukari.
"Iya, kalau begitu aku pulang dulu, ya,
Kaa- chan ! Jaa ne!" Ucap Ino lalu berjalan
ke arah rumah nya, ditemani Sasuke. Saat
sudah dekat dengan rumah nya, Ino dan
Sasuke mendengar suara Inoichi yang
berteriak kesakitan.
"ARGHHH!" Teriak Inoichi keras, Ino yang
mendengar nya langsung berlari dan
segera membuka kenop pintu rumah
tersebut.
"ARGHHH!" Teriak Inoichi lebih keras dari
sebelum nya.
"To-tou- san ?!" Panggil Ino dengan nada
tinggi, pikiran nya sangat kacau. Ia takut
terjadi sesuatu pada ayah nya.
"Kami- sama ! Lindungi lah tou- san ku!
Jauh kan lah pikiran negatif ku!" Batin Ino,
berdoa. Tak lama ia mendengar suara
ayah nya lagi, kali ini terdengar di dalam
ruang tamu, Ino pun membuka kenop
pintu perlahan-lahan. Mata nya membulat
dengan sempurna.
"Tou- san ...?" Gumam nya ketika melihat
ayah nya yang sedang menangis-nangis
saat bermain catur bersama teman nya.
"Shikaku, kenapa kau bisa sehebat itu
dalam bermain catur?" Ucap Inoichi
sambil menatapi papan catur yang hanya
terdapat beberapa pion berwarna hitam,
yang di ketahui sebagai pion milik
Shikaku. Shikaku hanya menghela nafas
nya.
"Ah, Ino- chan !" Sapa Inoichi ketika
menyadari bahwa putri nya ada di dalam
ruang tersebut bersama Sasuke.
"Tou- san , kenapa tadi Tou- san berteriak-
teriak, sih?! Aku jadi khawatir tahu!" Ujar
Ino, kesal.
"Oh, tadi... Tadi Tou- san sedang bermain
catur dengan Shikaku, tapi Tou- san kalah
terus! Lalu karena kesal Tou- san
berteriak. Hehehe, maaf ya kalau itu
membuat mu khawatir, Ino- chan !" Ucap
Inoichi sambil tertawa. Ino dan Sasuke
hanya bisa swetdrop .
"Ehm. Kalau begitu saya pamit dulu,
Inoichi- san , Shikaku- san . Aku pulang
dulu, ya, Ino- chan . Sampai jumpa besok!"
Pamit Sasuke lalu melangkah keluar.
"Iya, hati-hati di jalan ya, Sasuke- kun! Jaa
ne !" Ucap Ino sambil tersenyum manis.
Tak lama setelah Sasuke pulang, Ino pergi
ke kamar nya untuk bergegas tidur,
karena besok ia harus kembali bersekolah.
Ino pun segera mengganti baju nya, lalu
tidur. Ayah nya, Inoichi masih tetap
berada di lantai bawah, Inoichi menuju
dapur untuk membuat segelas kopi. Saat
menuju dapur, Inoichi melihat seseorang
yang sangat di kenal nya.
"Ka-kau...".
.
-Ino POV-
Tiba-tiba kelopak mata ku terbuka,
pertanda aku bangun dari tidur ku,
padahal aku masih sangat mengantuk.
Seluruh tubuh ku basah, karena peluh
keringat yang keluar dari kulit ku. Nafas
ku tersenggal-senggal. Aku melihat
kearah jam dinding ku, masih jam 12.00
malam. Aku baru saja memimpikan mimpi
yang menyeramkan. Aku bermimpi ayah
ku di bunuh oleh seseorang. Aku segera
menyingkirkan pikiran negatif ku itu. Aku
terus menggelengkan kepala ku, sekali-
kali menampar pelan pipi ku. Tapi aku
merasa mimpi itu sangat nyata dan benar-
benar terjadi. Aku terkejut ketika
mendengar suara teriakan Kaa- chan ku.
"KYAAA!" Suara itu membuat ku otomatis
segera berlari ke arah tangga, turun dan
berlari menuju sumber suara tersebut,
yang berasal dari dapur. Sesampai disitu
aku segera bertanya pada kaa- chan ku,
aku tidak memperhatikan keadaan dapur.
"Kaa- chan , Kaa- chan ! Kenapa?! Apa yang
terjadi?!" Tanya ku pada Kaa- chan , tubuh
nya bergetar dengan cepat dan air mata
nya terus menetes dengan deras. Kaa-
chan sama sekali tidak menjawab
pertanyaan ku, Ia terus melihat ke arah di
depan nya, aku pun ikut menatap ke arah
tatapan Kaa- chan.
"Tou- san ?!" Teriak ku saat melihat tubuh
ayah ku yang sudah tak berbentuk dan
hampir tak ku kenal. Yang bisa
meyakinkan ku ia adalah ayah ku adalah
wajah nya yang sangat mirip dengan ayah
ku, tetapi tubuh nya sudah tak berbentuk.
Seluruh organ tubuh nya tercecer-cecer di
lantai putih yang sekarang sudah berubah
menjadi warna merah karena darah. Aku
melihat terdapat usus ayah ku yang
sangat panjang, ginjal ayah ku yang
terpotong-potong dan organ tubuh lain
nya. Aku pun ikut menangis seperti Kaa-
chan ku, melihat apa yang telah terjadi di
hadapan ku, membuat ku sangat sedih.
Aku berpikir, apa salah ku sehingga ayah
ku terbunuh?!
-Normal POV-
"Saya rasa suami anda benar-benar di
bunuh pada malam hari, sekarang ini kami
sedang melacak sidik jari yang menempel
pada pisau yang di pakai pelaku untuk
membunuh korban." Ujar sang polisi. Tak
lama muncul seseorang polisi.
"Lapor, Pak! Sidik jari di senjata yang di
pakai pelaku tak ada!" Ucap Polisi yang
baru saja datang.
"A-apa?!" Kata polisi yang diberitahukan.
"Hiks..." Isak Yukari, sambil menundukan
wajah nya.
"Kaa- chan , tenang lah... Jangan menangis
terus..." Ucap Ino menenangkan ibu nya.
"Ino- chan ..." Yukari memeluk Ino.
.
Sekarang Ino dan Yukari sedang memakai
baju berwarna hitam, hari ini adalah hari
pemakaman Inoichi Yamanaka, yang
tewas dengan mengenaskan. Yukari terus
menerus menangisi kepergian suami nya.
Ino juga ikut menangis, ia sekarang
sedang di tenangkan oleh Sasuke.
"Bersabar lah, Ino..." Ucap Sasuke
menenangkan Ino yang terus menangis.
"Ke-kenapa..hiks..Sasuke-kun..hiks..
Kenapa ini bisa terjadi..hiks..? Se-sebenar
nya siapa yang membunuh..Tou- san
ku..hiks..? Hiks.. A-aku, padahal.. aku be-
belum..hiks..." Curhat Ino pada Sasuke di
tengah isakan nya. Sasuke pun
menggenggam tangan Ino dengan erat.
"Tenang saja, Ino... Aku akan selalu
bersama mu..." Ujar Sasuke, Ino pun
hanya mengangguk.
"I-iya, terima kasih..." Ucap Ino dengan
nada yang sedikit ceria, Sasuke hanya
tersenyum lembut melihat itu. Sasuke
lebih menyukai wajah ceria Ino dari pada
wajah sedih Ino.
"Sasuke- kun..." Panggil Ino.
"Hn?" Sahut Sasuke, lalu menengok ke
arah Ino.
"Berjanji lah padaku, kau akan selalu
bersama ku..." Ucap Ino, Sasuke hanya
memandang Ino penuh tanya.
"Tentu saja, Ino- chan," Jawab Sasuke
sambil tersenyum.
"Aku berjanji akan selalu bersama Ino
Yamanaka, kekasih ku yang paling ku
cintai." Lanjut Sasuke. Ino tersenyum
mendengar perkataan itu. "Arigatou,
Sasuke- kun..." .
.
Beberapa bulan kemudian...
Yukari sekarang sudah mulai merelakan
kepergian suami nya beberapa bulan yang
lalu, kini ia tampak lebih ceria dibanding
kan saat ke pergian suami nya. Yukari pun
mulai bekerja di sebuah kantor, beberapa
bulan yang lalu. Ia bekerja keras untuk
membiayai keperluan nya dan anak nya,
Ino Yamanaka. Kini Ino pun sudah lulus
dari sekolah nya, umur nya pun sudah
mencapai 19 tahun. Ino juga sudah
bekerja sambilan di sebuah cafe untuk
membantu Ibu nya dan membiayai uang
kuliah nya. Yukari berjalan menuju rumah
nya, hari ini ia pulang lebih cepat karena
hari ini ia tidak lembur.
'Cklek'. " Tadaima !" . Yukari pun
melepaskan sepatu high heels nya dan
menaruh nya di rak sepatu. "Lebih baik
sekarang aku masak dulu." Pikir Yukari,
Yukari pun segera mengambil bahan
masakan dari lemari es. Yukari memotong
sayur-sayuran tersebut sambil
bersenandung kecil.
Tiba-tiba Yukari merasa ada yang
menepuk bahu nya, otomatis ia menengok
ke belakang dan...
"BUGH!". Yukari pingsan di tempat karena
kepala nya dipukul oleh sebuah benda
yang keras, seperti kayu. Sebelum
pingsan, ia sempat melihat wajah orang di
belakang nya.
"Sa—" Belum sempat Yukari melanjutkan
kata-katanya, pandangan nya sudah
menggelap. Kepalanya sangat pusing dan
badan nya lemas karena sudah
mengeluarkan banyak darah.
DEGH.
"Kaa- chan ... Apa yang terjadi pada mu?
Semoga Kaa- chan baik-baik saja!" Batin
Ino saat merasakan firasat yang buruk,
sama seperti saat ayah nya sebelum
meninggal.
-Ino POV-
DEGH.
Lagi-lagi perasaan ku tidak enak, aku pun
menjadi khawatir dengan Kaa- chan ku.
Aku berharap Kaa- chan ku tidak apa-apa.
Aku pun menjadi kurang fokus dengan
pelajaran yang sedang di terangkan oleh
Asuma- sensei. Aku pun izin untuk pulang
lebih cepat dan tidak mengikuti mata
pelajaran kuliah ku yang lain. Saat menuju
gerbang, aku bertemu dengan Sasuke-
kun .
"Ino- chan ? Sedang apa kamu disini?
Bukan kah kau masih ada beberapa jadwal
kuliah?" Tanya Sasuke-kun saat bertemu
dengan ku, aku hanya tersenyum.
"Aku mau pulang, Sasuke-kun . Aku
sedang tidak enak badan." Jawab aku pada
Sasuke- kun.
"Mau ku antar pulang?" Tanya Sasuke- kun
pada ku, baru saja aku ingin menolak nya,
tapi Sasuke- kun sudah menaikan aku ke
atas motor nya.
"Pegangan yang kencang, ya!" Ucap
Sasuke- kun, aku pun hanya bisa menuruti
perintah nya.
-Normal Pov-
Sesampai di rumahnya, Ino segera
berterimakasih pada Sasuke dan bergegas
masuk ke dalam rumah nya, tapi dicegat
Sasuke.
"Aku ikut, boleh kan?" Kata Sasuke, Ino
pun hanya mengangguk . Mereka pun
masuk ke dalam rumah Ino. Ino melihat
sepatu high heels ibu nya sudah tersusun
rapih di rak sepatu, pertanda ibu nya
sudah pulang.
"Tadaima , Kaa- chan!" Ucap Ino sambil
menaruh sepatu nya.
"Kaa- chan ? Kaa- chan dimana?" Tanya Ino
sambil mencari-cari ibu nya.
"Mungkin ibu mu pergi, Ino- chan ..." Ucap
Sasuke.
"Tidak mungkin, sepatu nya ada disitu." .
"Mungkin dia memakai sendal atau sepatu
yang lain.".
"Itu juga tidak mungkin, soalnya sepatu
itu pemberian terakhir To-tou- san ..."
Ujar Ino dengan mata berkaca-kaca
menahan tangis dan suara serak. Sasuke
langsung diam begitu mendengar suara
Ino yang seperti menahan tangis.
"Ino...".
"KYAAA!" Teriak seseorang, membuat Ino
dan Sasuke menuju asal suara tersebut.
Sesampai disana Ino pun langsung
pingsan melihat tubuh seorang wanita
yang sudah tak bernyawa, kedua mata nya
sudah tidak ada, jari-jari nya pun sudah
tidak ada juga, yang paling parah adalah
kepala orang tersebut sudah tak
terhubung lagi dengan tubuh nya yang
membuat Ino pingsan adalah orang
tersebut adalah ibu nya.
"Tou- san ... Kaa- chan ... Selanjut nya
siapa lagi..?" Pikir Ino mengingat dua
orang yang ia kasihi dan cintai sudah tiada
dan selanjutnya siapa?
.
.
.
Beberapa waktu kemudian...
Kini Ino tinggal sendiri. Ia sering merasa
kesepian, tetapi Sasuke sering bermain ke
rumah nya. Seperti hari ini. Sasuke datang
berkunjung ke rumah Ino untuk
mengerjakan tugas bersama.
"Hm, Sasuke-kun aku buat kan minuman
dulu, ya! Tunggu sebentar di sini." Ujar
Ino seraya bangkit dari tempat duduk nya
dan menuju ke dapur untuk membuatkan
minum.
"Iya." Jawab Sasuke, sekarang Sasuke juga
jauh lebih tenang. Ino sudah mulai ceria
seperti biasa.
Tiba-tiba Sasuke merasa sangat ingin
tidur, mata, tubuh, otak dan anggota
tubuh lain nya juga sangat lelah. Sasuke
memejamkan mata untuk
mengistirahatkan tubuh nya. Saat
memejamkan mata ia merasa leher nya
tercekik.
"Ukh!" Sasuke segera membuka kelopak
mata nya, ia sedikit terkejut melihat orang
yang mencekik nya. Sasuke tidak percaya
apa yang di lihat nya sekarang ini.
"Le-lepas...kan..." Ucap Sasuke yang
sudah mulai kehabisan nafas.
'Prang !'. Sasuke dan orang yang mencekik
nya langsung menengok ke sumber arah
tersebut.
"Sa-sai...?!" Ucap Ino terbata-bata, ia
sangat terkejut dengan kehadiran mantan
nya itu.
"Ti-tidak mung..kin..." Gumam Ino.
"Ah, selamat sore, Ino- chan ." Sapa Sai
dengan senyuman mengerikan nya.
"Ke-kenapa ka..u bi-bi..sa ada di..sini,
Sai...?" Tanya Ino dengan gemetar.
"Bu-bukan kah, kau sudah meninggal?"
Tanya Ino lagi.
"Hm? Oh, itu. Aku tidak meninggal,kok! Di
dalam kecelakaan itu aku selamat, tapi
karena aku tinggal di luar negri semua
sudah menganggap ku meninggal dunia."
Ucap Sai sambil mengingat masa lalu nya.
-Flash back, Sai pov-
"Jika aku pergi jauh, kau akan terus
menunggu ku kembali, kan?" Tanya ku
pada kekasih ku. "Ya." Jawab kekasih
ku. "Kalau begitu, tunggu lah aku
sampai aku kembali lagi,..Ino.." .
Kira-kira itu lah yang ku ucapkan
kepada kekasih ku sebelum aku
berangkat keluar negri. Aku berjanji
kepada nya bahwa suatu saat aku
akan kembali kepada nya di Jepang.
"Jii-san, Jii-san. Apa aku harus
berangkat kesana?" Tanya ku pada Jii-
san ku, Danzo.
"Tentu saja, kau harus datang ke
sana." Jawab Jii-san.
"Berapa lama aku harus berada di
sana?" Tanya ku lagi.
"Mungkin sampai kau lulus
pendidikan, disitu tempat yang cocok
untuk mengembangkan potensi mu."
Ujar nya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi
ke sana, tapi jika pendidikan ku sudah
selesai aku akan kembali kesini." Ucap
ku lalu pergi untuk menyiapkan
keberangkatan ku. Aku berangkat hari
itu juga, aku menuju bandara.
Ternyata Jii-san sudah membelikan ku
tiket nya. Kini aku masuk ke dalam
pesawat dan menunggu saat tiba di
sana. Saat itu aku berharap janji ku
dengan Ino-chan akan berlangsung
selamanya. Aku berharap dia mau
menunggu ku.
Tapi tak lama pesawat yang ku naiki
mengalami gangguan teknis, entah
mengapa tiba-tiba pesawat yang ku
naiki jatuh ke dalam laut. Aku yang
berada di dalam nya pun ikut
tenggelam ke dalam laut itu. Tetapi
untung lah aku jago berenang,
sehingga aku bisa berenang sampai ke
tepi pulau. Di pulau situ aku
sendirian. Selama beberapa hari aku
berada di pulau itu, tetapi belum satu
pun juga ada yang menolong ku.
Mereka semua menganggap kami
semua mati, tak lama setelah
beberapa hari sendirian aku bertemu
seseorang yang juga korban dari
pesawat tersebut. Dia dan aku pun
saling bekerja sama untuk meminta
bantuan, sampai suatu saat akhirnya
kami ditolong oleh Jii-san ku.
Sejak saat itu aku pun langsung
berangkat ke luar negri tanpa pergi ke
Jepang terlebih dahulu.
-Flash back Off, normal pov-
"Ja-jadi kau selamat, Sai- kun?" Tanya Ino
pada Sai, Sai hanya mengangguk singkat.
"Aku selamat, tapi kau melanggar janji kita
Ino- chan . Maka dari itu aku membunuh
orang-orang yang paling kau kasihi." Jawab
Sai dengan nada datar.
"Jangan-jangan kau yang membunuh Tou-
san ku dan Kaa-chan ku?!" Tanya Ino.
"Iya, begitulah, Ino- chan ." Jawab Sai
dengan nada santai dan senyuman palsu
nya seperti tidak pernah membunuh
kedua orang tua Ino. Ino yang mendengar
jawaban itu pun langsung menangis
tersedu-sedu, sedangkan Sasuke yang
melihat kekasih nya menangis langsung
marah kepada Sai.
"Kurang ajar!" Ucap Sasuke sambil
meninju perut Sai, membuat Sai
melepaskan cekikan nya.
Mereka saling tendang, tinju dan lempar.
Sampai akhir nya Sai mengeluarkan
sebuah benda tajam dan menusukan nya
pada bagian perut Sasuke.
"ARGHHH!" Teriak Sasuke kesakitan
membuat Ino melebarkan kedua mata
nya.
"SASUKE!" Teriak Ino cemas, Ino pun
segera menghampiri Sasuke yang ambruk
ke lantai beberapa meter dari Sai. Darah
Sasuke mengenai baju dan tangan Ino
ketika Ino memeluk nya.
"Kenapa kau melakukan ini, Sai?!
Kenapa?!" Tanya Ino sambil
mengeluarkan air mata nya.
"Tentu saja karena kau telah meng ingkari
JANJI kita!" Jawab Sai dengan memberi
penekanan pada kata 'janji'. Ino pun
hanya terdiam sambil menundukan kepala
nya.
"Sai..." Gumam Ino.
"Padahal aku selalu setia kepada mu,
tetapi mengapa kau tidak mau menunggu
ku?!" Ucap Sai dengan nada tinggi, kini Sai
sangat marah kepada Ino.
"Sai, aku mencintai mu dan menyayangi
mu, selama nya..." Ucap Ino, lalu ia
mendongak'kan kepala nya.
"Tapi aku juga mencintai Sasuke- kun, aku
juga menyayangi Tou- san dan Kaa-chan
ku..." Lanjut Ino, air mata nya pun
kembali meleleh.
"..." .
"Waktu aku mendapat kabar bahwa kau
meningal, aku sangat sedih... Saat itu
yang menghibur ku hanya Tou- san , Kaa-
chan dan...Sasuke- kun ..."
"..."
"Saat aku sedang kesepian hanya mereka
yang menghibur ku... Sasuke-kun juga
sangat baik kepada ku, dia mau
mengantar ku ke sekolah dan ke rumah...
Sasuke- kun juga selalu menjenguk ku saat
aku sedang sakit dan sejak saat itu aku
menyukai nya..." Ucap Ino mengingat
masa lalu nya saat bersama Sasuke
pertama kali.
"Aku mohon biarkan aku berada di sisi
Sasuke- kun, kini hanya dia satu-satu nya
orang yang sangat dekat dengan ku...
Maka dari itu aku mohon jangan ganggu
kami!" Ucap Ino lalu memeluk Sasuke
sambil menangis.
"Sasuke- kun..." Gumam Ino, tak lama
Sasuke membuka kelopak mata nya.
"Ino- chan ..." Ucap Sasuke lirih.
"Biarkan aku mati saja...".
"Tidak! Itu tidak akan kubiarkan, Sasuke-
kun !" Ucap Ino.
"..." Sai menatap Ino dan Sasuke dengan
pandangan dendam. Sai pun berlari
menuju tempat Ino dan Sasuke sambil
memegang pisau nya.
"MATI SAJA KALIAN BERDUA!" .
"Dor!" Suara tembakan terdengar oleh
mereka, tak lama Sai pun tumbang. Ino
bingung apa yang terjadi, Ia melihat
seorang polisi yang mengarahkan pistol
nya ke arah Sai. Tak lama muncul
beberapa polisi yang lain dan juga
ambulan.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya salah satu
polisi, Ino pun menggeleng kan kepala
nya.
"Syukurlah, kalau begitu anda akan kami
bawa ke kantor polisi untuk memberi
penjelasan." Ujar sang polisi, Ino pun
hanya mengangguk.
"Tapi, Sasuke- kun..." Ucap Ino sambil
melihat wajah Sasuke yang pucat, tetapi
Sasuke masih bernafas.
"Tenang saja, Ia akan dibawa ke rumah
sakit untuk di rawat." Ucap polisi
tersebut.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi
mengganti baju dulu." Ucap Ino, lalu polisi
tersebut mengangguk.
.
.
.
-Ino Pov-
Tanggal xx bulan xx tahun xx, Kini aku dan
Sasuke- kun berada di sebuah kuburan.
Kami datang untuk mengunjungi makam
Kaa- chan , Tou- san dan... Sai... Setelah
beberapa waktu yang lalu, setelah
kejadian pembunuhan berantai tersebut,
aku akhirnya memutuskan untuk menikah
bersama Sasuke- kun. Sasuke-kun selamat
dari maut, tapi sayang nya Sai tidak. Aku
berharap kejadian seperti itu tidak akan
terulang lagi bagi kami, anak ku, dan
keturunan ku nanti. Aku pun menaruh
sebuket bunga di makam Kaa- chan , Tou-
san dan Sai. Mengingat kejadian yang lalu
aku merasa sangat sedih. Sasuke- kun
yang melihat ekspresi ku pun hanya
memeluk ku dari belakang.
"Jangan mengingat kejadian itu lagi, Ino.
Lupakan lah kejadian itu" Ucap Sasuke-
kun dengan nada datar, tapi di wajah nya
terlihat ekspresi khawatir, aku yang
melihat nya hanya tersenyum kecil.
"Iya, mulai sekarang aku akan melupakan
nya, Sasuke-kun ."

Owari

0 komentar:

Post a Comment

POSTING TERBARU

Popular Posts